√ Model-Model Pembelajaran Pada Kurikulum 2013
Dalam pembelajaran kurikulum 2013 model pembelajaran sangat penting di terapkan dalam proses kegiatan berguru mengajar. Model pembelajaran yang dipilih dan dipakai oleh guru haruslah sempurna dan sesuai dengan materi pebelajaran serta abjad akseptor didik.
Sebelum mengetahui apa itu pengertian dari model pembelajaran maka alangkah baiknya kita memahami dulu pengertian pembelajaran dan pengertian model.
pembelajaran merupakan proses interaksi antara akseptor didik dengan pendidik dan sumber berguru dalam suatu lingkungan belajar. Dalam Permendikbud RI No.103 Tahun 2019 pasal 1 lebih terperinci menyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi antarpeserta didik dan antara akseptor didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan berguru .
Dalam pembelajaran, siswa ialah subjek yang aktif belajar. Tentu saja, guru juga memainkan peranan penting. Peran guru tersebut ialah memilih, menetapkan, dan menata kegiatan-kegiatan (events) pembelajaran supaya efektif bagi proses berguru siswa. Untuk itulah guru harus merancang kegiatan pembelajaran (events of instruction) dengan baik, termasuk dalam memakai metode dan model pembelajaran yang tepat, semata-mata supaya proses berguru siswa berhasil.
Model merupakan kerangka konseptual. Sehingga dari klarifikasi antara pembelajaran dan model maka sanggup di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang dipakai sebagai pedoman atau yang melukiskan mekanisme yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan berguru tertentu.
Model pembelajaran sanggup berfungsi atau bermanfaat sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013 terdapat 4 jenis model pembelajaran yang di pesyaratkan untuk sanggup di terapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013.
Ke empat jenis model pembelajaran tersebut ialah sebagai berikut :
1. Model Discovery Learning.
Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang memperlihatkan kesempatan kepada akseptor didik untuk mencari tahu perihal suatu permasalahan dan menemukan solusinya menurut kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga akseptor didik mempunyai pengetahuan gres yang sanggup digunakannya dalam memecahkan masalah atau masalah yang relevan.
Tahapan – tahapan pada model pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut;
1) Stimulation (memberi stimulus).
Dapat di artikan sebagai guru memperlihatkan stimulan, utuk diamati akseptor didik supaya menerima pengalaman belajar, dan mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah).
Problem Statement merupakan kegiatan akseptor didik dalam menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini akseptor didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3) Data Collecting (mengumpulkan data).
Dapat di artikan sebagai Mencari dan mengumpulkan data/informasi yang sanggup dipakai untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan akseptor didik untuk mencari atau merumuskan banyak sekali alternatif pemecahan masalah, jikalau satu alternatif mengalami kegagalan.
4) Data Processing (mengolah data).
Dalam hal ini akseptor didik mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5) Verification (memverifikasi).
Peserta didik mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data melalui banyak sekali kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6) Generalization (menyimpulkan).
Peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu bencana atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga sanggup melatih pengetahuan metakognisi akseptor didik.
2. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan Model pembelajaran yang bertujuan merangsang akseptor didik untuk berguru melalui banyak sekali permasalahan kasatmata dalam kehidupan sehari-hari, dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya, contohnya perihal pengaturan lalu-lintas. Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan” yang diberikan sehabis conoth-contoh soal disajikan. Permasalahan dalam PBL menuntut klarifikasi atas sebuah fenomena. Fokusnya ialah bagaimana akseptor didik mengidentifikasi gosip pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah, dan materi maupun konsep yang relevan ditemukan oleh akseptor didik sendiri.
Tahapan – tahapan pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ialah sebagai berikut:
1) Mengorientasi akseptor didik pada masalah;
Tahap ini untuk memfokuskan akseptor didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran;
Pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana akseptor didik memberikan banyak sekali pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah yang dikaji.
3) Membimbing penyelidikan berdikari dan kelompok;
Pada tahap ini akseptor didik melaksanakan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menuntaskan masalah yang dikaji.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan banyak sekali data lain dari banyak sekali sumber.
5) Analisis dan penilaian proses pemecahan masalah;
Setelah akseptor didik menerima tanggapan terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
3. Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran Project Based Learning merupakan Model pembelajaran yang bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang diharapkan akseptor didik untuk memahami pembelajaran melalui investigasi, kerja sama dan eksperimen dalam menciptakan suatu proyek, serta mengintegrasikan banyak sekali subjek (materi) dalam kurikulum.
Tahapan –tahapan dalam dalam model pembelajaran project based learning ialah sebagai berikut;
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
Tahap ini sebagai langkah awal supaya akseptor didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2) Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah kasatmata menjawab pertanyaan yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3) Menyusun acara sebagai langkah kasatmata dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting supaya proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil, Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan banyak sekali data lain dari banyak sekali sumber.
6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai pola perbaikan untuk kiprah proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
4. Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inquiry Learning merupakan suatu kegiatan berguru yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan akseptor didik untuk mencari dan memeriksa secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka sanggup merumuskan sendiri penemuannya. Peserta didik harus sanggup mengumpulkan informasi tambahan, menciptakan hipotesis dan mengujinya. Peran guru selain sebagai selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan.
Tahapan – tahapan pada model pembelajaran Inquiry Learning ialah sebagai berikut;
1) Mengamati membuatkan fenomena alam yang akan memperlihatkan pengalaman berguru kepada akseptor didik bagaimana mengamati banyak sekali fakta atau fenomena.
2) Mengajukan pertanyaan perihal fenomena yang dihadapi untuk melatih akseptor didik mengeksplorasi fenomena melalui banyak sekali sumber.
3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan tanggapan sanggup melatih akseptor didik dalam mengasosiasi atau melaksanakan kebijaksanaan sehat terhadap kemungkinan tanggapan dari pertanyaan yang diajukan.
4) Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga akseptor didik sanggup memprediksi dugaan yang paling sempurna sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan menurut data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga akseptor didik sanggup mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Ke empat model pembelajaran yang telah penulis jelaskan di atas merupakan model pembelajaran yang di harapkan sanggup di gunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 serta sesuai dengan model pembelajaran yang di harapakan dalam perkembangan kala era 21.
Guru diharapkan sanggup menentukan model pembelajaran yang sempurna dalam penerapannya pada kegiatan pembelajaran sehingga akseptor didik akan merasa nyaman dan bahagia dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tujuan pembelajaran sanggup terwujud sesuai dengan harapan.
Demikianlah klarifikasi yang penulis sanggup bagikan pada artikel kali ini semoga sanggup bermanfaat bagi dunia pendidikan dan jangan lupa kunjungi artikel-artikel lainnya dalam blog ini melalui link .
0 Response to "√ Model-Model Pembelajaran Pada Kurikulum 2013"
Post a Comment